Tuesday, October 28, 2014

Penerapan Pembelajaran Problem Based Learning Dalam Proses Belajar Mengajar

Banyak kalangan merasa bahwa sistem pendidikan terutama proses belajar mengajar, membosankan. Pendidikan saat ini kurang memberikan kebebasan berpikir, banyak hapalan, mata pelajaran banyak mengejar kurikulum, mengajarkan pengetahuan bukan keterampilan, dan banyak mengajarkan logika tanpa melibatkan emosi. Guru sebagai unsur pokok penanggung jawab terhadap pelaksanaan dan pengembangan proses belajar mengajar, diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar, karena hal tersebut merupakan inti dari kegiatan transfer ilmu pengetahuan dari guru kepada siswa. Berkenaan dengan hal ini maka diperlukan strategi yang tepat dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Berikut ini akan dibahas suatu metode pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif untuk diterapkan guru dalam pembelajaran, yaitu pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning).
A.    Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning(PBL)
Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) adalah rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah (Wina Sanjaya, 2006 : 214). Menurut Trianto (2009 : 90 – 91), model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata. Misalnya, suatu fenomena alam, mengapa tongkat seolah-olah kelihatan patah saat dimasukkan dalam air ? mengapa uang logam yang diletakkan dalam sebuah gelas kosong jika dilihat pada posisi tertentu tidak kelihatan tetapi saat diisi air menjadi kelihatan ? dari contoh permasalahan nyata jika diselesaikan secara nyata, memungkinkan siswa memahami konsep bukan sekedar menghafal konsep.
Pada model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerja sama di antara siswa-siswa. Guru memandu siswa menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan, memberikan contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas tersebut dapat diselesaikan, serta menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siswa.
B.     Ciri-ciri Khusus Problem Based Learning
Menurut Arends (dalam Trianto, 2009 : 93 – 94), pembelajaran Problem Based Learning mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.         Pengajuan pertanyaan atau masalah. Bukannya mengorganisasikan di sekitar prisip-prinsip atau keterampilan akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.
2.             Berfokus pada keterkaitan antardisiplin. Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, dan ilmu-ilmu sosial), masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.
3.      Penyelidikan autentik. Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpul dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan. Sudah barang tentu, metode penyelidikan yang digunakan, bergantung kepada masalah yang sedang dipelajari.
4.      Menghasilkan produk dan memamerkannya. Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan.  Produk itu dapat berupa laporan, model fisik, video maupun program komputer. Karya nyata dan peragaan seperti yang akan dijelaskan kemudian, direncanakan oleh siswa untuk mendemonstrasikan kepada teman-temannya yang lain tentang apa yang mereka pelajari dan menyediakan suatu alternatif segar terhadap laporan tradisional atau makaah. Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan kererampilan berpikir.
C.    Langkah-langkah Pembelajaran Problem Based Learning
Menurut Ibrahim (dalam Minarni, 2009 : 12), langkah-langkah Pembelajaran Berdasarkan Masalah, terdiri dari 5 langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Sintaks Pembelajaran Berdasarkan Masalah :
Tahap-1  Orientasi siswa pada masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.
Tahap-2  Mengorganisasi siswa untuk belajar Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap-3  Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
Tahap-4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Tahap-5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Penerapan pembelajaran Problem Based Learning memang memerlukan kreativitas dan kemampuan berpikir kritis guru untuk merencanakan permasalahan yang dapat diungkapkan dalam pembelajaran. Pembelajaran ini akan lebih mudah diterapkan pada pembelajaran IPA, di mana guru dapat merencanakan suatu eksperimen kecil yang harus dilakukan siswa secara kelompok atau individu untuk memahami secara lebih mendalam mengenai konsep materi yang diajarkan guru. Namun juga dapat diterapkan pada pembelajaran lain seperti IPS tentunya dengan pokok bahasan tertentu, misalnya dengan membuat suatu studi kasus dari suatu kejadian di dunia nyata yang harus dianalisis dan ditanggapi siswa sebagai acuan untuk memahami konsep materi yang diajarkan guru.
 Sumber daya manusia berkualitas yang dimiliki oleh suatu bangsa sangat mempengaruhi berhasil atau tidaknya  pembangunan nasional yang dilakukan. Pada akhirnya akan berpengaruh pada keberhasilan suatu bangsa bersaing di dunia internasional, karena sumber daya manusia merupakan kekuatan utama sebuah bangsa untuk meraih keberhasilan di masa depan.
Kualitas sumber daya manusia Indonesia masih rendah dibandingkan negara-negara lain di dunia. The United Nation Development Program (UNDP) pada tanggal 2 November 2011 mengeluarkan sebuah laporan Human Development Index (HDI). Laporan yang dirilis UNDP tersebut, Indonesia menempati urutan ke 124 dari 187 negara yang di survei dengan perolehan nilai 0,617. Nilai ini mengalami kenaikan pada dari nilai yang diperoleh dua tahun terakhir yaitu tahun 2009 sebesar 0,593 sedangkan pada tahun 2010 sebesar 0,600. Posisi ini di bawah lima Negara Asia Tenggara lainnya yaitu; Singapura yang menempati urutan 26, diikuti oleh Brunei di urutan 33, Malaysia di urutan 61, Thailand di urutan 10, dan Philipina pada urutan ke 112.

0 comments

Post a Comment