Gong Kelana |
Dalam sepak bola, kisah pahit dari kekalahan di dalam lapangan adalah hal biasa. Akan tetapi, sejatinya, kekalahan atau kegagalan memilukan itu seharusnya bisa dijadikan sumber inspirasi dan motivasi untuk meraih kemenangan di sejumlah pertandingan atau ajang yang lebih besar berikutnya. Semenjak emas SEA Games 1991, rakyat Indonesia tidak pernah merasakan atmosfer juara, hingga muncullah para pemain timnas U-19 mampu berpesta di ajang AFF U-19 2013. Maka dari hal itulah, wajar bahwa masyarakat Indonesia kini menyimpan optimisme besar dari perjuangan Evan Dimas dan kawan-kawan.
"Kalau proses ini bisa dilalui, saya yakin di usia 21 tahun ke atas, mereka (para pemain timnas U-19) bakal menjadi tim yang terkuat di Asia. Saya yakin itu," demikian diungkapkan pelatih timnas U-19, Indra Sjafri.
Proses, bagi Indra Sjafri, adalah kewajiban mutlak yang harus dilakukan agar Indonesia bisa kembali meraih prestasi. Karena pemikiran itulah, pelatih asal Sumatera Barat tersebut sejak beberapa tahun lalu secara sukarela mencari pemain bertalenta melalui blusukan hingga ke pelosok Indonesia.
Toh, upaya Indra itu kembali membuka mata kita bahwa rantai yang hilang dari sepak bola Indonesia adalah keseriusan dalam proses menciptakan skuad timnas yang hebat. Maklum, sudah banyak bukti semenjak beberapa tahun terakhir proses instanlah yang selalu menjadi andalan pengurus sepak bola negeri ini. Hasilnya? Sudah bisa ditebak, yaitu KEGAGALAN.
Berjuang
Sekarang, mari sejenak kita tinggalkan kisah pahit dari kegagalan masa lalu. Kini terbentang tantangan besar untuk menebus kegagalan tersebut, yaitu dengan lolos ke Piala Dunia U-20 2015 Selandia Baru. Tantangan itu pun mau tidak mau harus dilalui dengan kerja keras, pengorbanan, dan perjuangan di ajang Piala Asia U-19 Myanmar.
Agar lolos ke Piala Dunia U-20, Indonesia minimal harus mencapai semifinal di Piala Asia U-19. Target itu kiranya tidak mudah bagi para pemain Garuda Jaya karena kali ini lawan-lawan yang bakal dihadapi mereka adalah level Asia.
Indonesia tergabung di Grup B bersama Uzbekistan, Australia, dan Uni Emirat Arab. Pada pertandingan pertama, Indonesia akan menghadapi Uzbekistan pada Jumat (10/10/2014). Hasil dari laga inilah yang bakal menentukan progres timnas U-19 pada pertandingan-pertandingan berikutnya.
Wajar jika Uzbekistan dibilang bakal menjadi batu karang besar bagi Indonesia. Maklum, Uzbekistan saat ini telah bertransformasi menjadi kekuatan sepak bola baru Asia, selain Jepang, Korea Selatan, dan Iran. Lihat saja bagaimana negara berpenduduk 30 juta jiwa itu kini menempati peringkat ketiga FIFA di level AFC.
Uzbekistan bahkan sudah mencatatkan torehan mengesankan dengan empat kali lolos ke Piala Dunia U-20 (2002, 2008, 2012, 2013), lewat jalur empat besar Piala Asia U-19. Teranyar, performa mereka di Piala Dunia U-20 2013 Turki juga cukup impresif, dengan melenggang ke babak perempat final, sebelum dikalahkan Perancis, yang akhirnya keluar sebagai juara.
Jika mampu mencuri poin atas Uzbekistan, Evan Dimas dan kawan-kawan tentunya bakal mendapatkan suntikan moral tinggi untuk laga-laga selanjutnya. Namun, jika gagal, mau tidak mau mereka harus berjuang ekstrakeras saat melawan Australia pada Minggu (12/10/2014) dan UEA, Selasa (14/10/2014).
Mengapa ekstrakeras? Sebab, Australia dan UEA juga bukanlah lawan yang bisa dipandang sebelah mata. Melihat faktor pengalaman bertanding, Australia pada Piala Asia U-19 2012 sukses melangkah ke semifinal. Skuad asuhan Paul Okon itu pun kini diisi para pemain terbaik di National Youth League yang rata-rata memiliki postur tubuh tinggi untuk ukuran Asia.
Sementara itu, Indonesia memang mampu mengalahkan UEA dua kali (2-1 dan 4-1) dalam pertandingan uji coba Timur Tengah pada April lalu. Namun, hasil itu jelas tidak dapat dijadikan patokan karena tim asuhan Abdulla Misfer itu pastinya telah meminimalisasi kekurangan skuadnya di rangkaian uji coba yang sudah dilakoni mereka.
Apalagi, ajang Piala Asia U-19 juga sudah tidak asing lagi bagi UEA. Dari 10 kali keikutsertaan dalam turnamen tersebut, mereka bahkan berhasil merebut satu kali gelar juara pada 2008. UEA akan menjadi lawan berat mengingat mereka sangat baik dan kompak sebagai tim. Para pemainnya pun memiliki skill dan stamina yang mumpuni.
Hiburan
Pada akhirnya, sepak bola memang bukan rumus fisika. Sudah banyak bukti, kemenangan dalam sepak bola tidak cukup diraih hanya dengan mengandalkan prediksi atau kegigihan semata. Bisa jadi, takdir jualah yang dapat menentukan nasib dari 22 pemain yang bertarung mati-matian di atas lapangan.
Atas berbagai keterbatasan kondisi sepak bola negeri ini, ratusan juta masyarakat Indonesia pun rasanya sudah sadar betul bahwa mereka juga harus realistis. Tetapi, jangan lupa bahwa dalam sepak bola masih ada unsur-unsur yang tak dapat diperhitungkan yang bisa mendobrak segala ketidakmungkinan.
Dari sudut pandang itulah masyarakat Indonesia kini menaruh harapan besar kepada para penggawa timnas U-19. Para penggawa yang sudah menunjukkan bukti nyata bahwa sejauh ini hanya merekalah yang bisa membawa kegembiraan bagi ratusan juta rakyat Indonesia di kancah sepak bola.
Bukti nyata itu terlihat dari peluh keringat Evan Dimas dan kawan-kawan ketika berjuang selangkah demi selangkah mencari secercah prestasi ketika sukses meraih trofi Piala AFF U-19 2013. Tujuan mereka hanya satu, yaitu mewujudkan cita-cita besar agar Indonesia bisa bersaing di level dunia.
Jadi, pernyataan Polosin puluhan tahun lalu itu masih relevan hingga saat ini untuk kondisi sepak bola nasional. Indonesia harus optimistis karena memiliki sumber daya sepak bola melimpah. Namun, Indonesia juga harus tetap realistis karena mempersiapkan tim juara tidak mudah seperti halnya membalikkan telapak tangan.
Dengan kata lain, boleh meletakkan cita-cita setinggi langit, tetapi harus ada pula kesadaran akan keterbatasan. Semua hal itulah yang ingin kita petik ketika menyaksikan perjuangan para pemain timnas U-19 di Myanmar. Semoga hiburan dari mereka di atas lapangan dapat sejenak mengistirahatkan masyarakat Indonesia dari rangkaian opera sabun di Senayan yang semakin membosankan.
Prediksi :
Prediksi Skor Akhir: 1-1 untuk kedua tim
Sekarang, banyak yang berkata kualitas Indonesia U-19 menurun. Bukan karena kekalahan saat bertanding melawan klub-klub di Liga Spanyol, tetapi karena kehilangan semangat juang yang menjadi ciri khas. Permainan individu yang terlalu sering diperagakan juga sudah tidak cocok lagi seiring dengan meningkatnya lawan yang dihadapi.
Jadwal Timnas U-19: Prediksi Indonesia u19 vs Uzbekistan Kualifikasi Piala Asia 2014. Pertandingan perdana Timnas Indonesia U-19 di Piala Asia U-19 yang diadakan di Myanmar akan ditayangkan oleh RCTI pada hari Jumat, 1o Oktober 2014 pukul 16.00 WIB. Lawan pertama mereka adalah Uzbekistan yang tangguh.
Indonesia U-19 harus menang di pertandingan pertama. Ini akan membuat perjalanan lebih mudah. Jika seri atau kalah dari Uzbekistan, alamat buruk datang. Soalnya, laga melawan Australia sudah menanti di pertandingan kedua. Walaupun di laga ketiga ada Uni Emirat Arab yang pernah dikalahkan, siapa tahu pertandingan itu sudah tidak berguna lagi jika Indonesia sudah meraih hasil buruk di dua laga awal.
Perkiraan Susunan Pemain Uzbekistan U-19 vs Indonesia U-19
Uzbekistan U-19 (3-5-2): Abduraimov Sherzodbek; Otakhonov Abbosjin, Komilov Abdurasul, Gulomov Mehroj, Mamazayitov Azizbek, Kosimov Mirjamol, Mahmudov Maksudjon, Davlatov Bobir, Kamolov Durbek, Shomurodov Eldor, Abdiev Asliddin
Indonesia U-19 (4-3-3): Ravi Murdianto, Putu Gede Juni Antara, Hansamu Yama, Muhammad Fatchurohman, Sahrul Kurniawan, Hargianto, Evan Dimas, Zulfiandi, Dinan Javier, Muchlis Hadi Ning, Ilham Udin Armaiyn
Berikut jadwal pertandingan dan siaran langsung timnas Indonesia U-19 yang dikutip dari INILAH.COM:
Jum’at, 10 Oktober 2014
Uzbekistan U-19 vs Indonesia U-19
Kick off 16:00 WIB, Live RCTI
Minggu, 12 Oktober 2014
Indonesia U-19 vs Australia U-19
Kick off 16:00 WIB, Live RCTI
Selasa, 14 Oktober 2014
UAE U-19 vs Indonesia U-19
Kick off 19:00 WIB, Live RCTI
GONG.COM
0 comments
Post a Comment